Pages

Tuesday, January 18, 2011

Pantai Pandansari

Pantai Pandansari terletak di Gadingsari Kecamatan Sanden Kabupaten Bantul. Mudahnya di sebelah barat pantai Samas. Dari Kota Bantul ke selatan menyusuri Jl. Samas hingga ada petunjuk arah Bumi Perkemahan Bantul (Sering disebut dengan perempatan Kretek Abang) terus kekanan. Selanjutnya ikuti saja jalan tersebut hingga Bumi Perkemahan Kwartir Bantul di pedukuhan Karanganyar akan ada petunjuk berikutnya.


Jalannya sudah aspal semua, cocok buat gowes. Kalo sudah sampe sana terus susuri jalan aspal itu akan belok kiri ke arah timur, nanti akan ada kebun Buah Naga. Kalo dilanjutkan ke Timur Aspal nya habis jalannya tinggal jalan berbatu, terus saja nanti akan sampe jalan Cor Blok seperti ini.


Cor Blok ini sampe deket dengan pantai, lihat saja tinggal jalan beberapa meter sudah sampai pantai, tidak perlu jalan juah. Kalo kita mau susuri jalan blok ini semakin seru lagi, trak nya aga turun naik, kanan kiri banyak warga yang tanam sayuran, udara segar... Blok ini akan mentok jalan aspal lagi, tinggal ke kanan nanti bisa sampai pantai samas.


Museum Alam Parangtritis

Dari Pantai Depok sebelum TPR ada pertigaan kekiri, nanti akan ketemu dengan museum ini, jalannya sudah aspal, ada tanjakan yang cocok buat gowes, kalo jalan terus nanti akan sampe jalan parangtritis...



Sedikit info tentang Museum ini :
Bangunan kerucut serba biru itu acap menarik perhatian pengunjung Pantai Depok Bantul. Selain bentuknya unik, bangunan megah di kawasan gumuk pasir tersebut juga mengundang tanya lantaran terlihat mencolok. Itulah Museum Alam dan Ekologi Pesisir serta Laboratorium Alam Geospasial Pantai Parangtritis.
Museum dan laboratorium yang dibangun Bakosurtanal (Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan Nasional)  bekerja sama dengan Fakultas Geografi UGM dan Pemkab Bantul ini merupakan satu-satunya di Indonesia. Sedangkan di kawasan Asia hanya ada lima. Selain di Indonesia juga terdapat di Filipina, Bangladesh, India dan Thailand.


Museum yang dibangun di atas lahan pesisir seluas 2 hektar tersebut merupakan bentuk komitmen dari pemerintah Indonesia dalam mengisi perjanjian Rio de Janeiro tentang global change. Indonesia masuk dalam tim 10 bersama Pakistan, Filipina, Bangladesh, India, Myanmar, Thailand, Brunai dan Singapura serta beberapa negara kecil lainnya.


Laboratorium Alam Geospasial Parangtritis berbeda dengan LIPI atau Pusat Penelitian Pengembangan Geologi Kelautan, tapi pusat kajian ini untuk kepentingan yang betul-betul menyentuh kehidupan masyarakat dengan berbasiskan data spasial atau peta-peta dalam perencanaannya. Laboratorium geospasial tersebut akan menjadi pusat kajian pengelolaan wilayah pesisir seluruh Indonesia.

 

Dipilihnya Pantai Depok Kretek Bantul sebagai lokasi pembangunan museum, menurut Nyoman, Kepala Museum Alam dan Ekologi Pesisir Dr I Nyoman Sukmantalya MSc, karena di kawasan ini terdapat objek wisata alam yang sangat menarik yaitu gumuk pasir. Gumuk pasir ini sangat langka karena di daerah tropis umumnya gumuk pasir tidak terbentuk.
Bangunan utama berbentuk kerucut itu terdiri 3 lantai. Di lantai paling atas nantinya akan dibuat diorama dilengkapi perangkat audio visual dan multimedia. ”Misalnya pengunjung ingin melihat pantai barat Bengkulu, kita akan putarkan film tentang perairan Bengkulu,” jelas Nyoman. Sedangkan di lantai dasar akan menggambarkan tipe-tipe pantai yang ada di seluruh Indonesia yang mewakili setiap propinsi. Di lantai I akan didisplai teknologi survei dan pemetaan yang pernah dan sedang dipakai di Indonesia sampai saat ini.
Selain itu, di ruang sebelah timur akan didisplai hasil riset terbaru. Lengkap dengan informasi teknologi yang digunakan juga kendalanya. Ke depan di laboratoium alam geospasial juga akan dilengkapi dengan teknologi informasi tentang peralatan-peralatan yang dipakai untuk mendata informasi sumber daya alam kepesisiran. ”Yang sudah terpasang pengukuran kecepatan angin, kelembaban udara, temperatur dan solar sell pembangkit listrik,” tuturnya. Pembangkit listrik ini mampu menyuplai ke PLN gratis sekitar 1.500 watt.
(Sumber : KR, 30 April 2008)